RASKIN diawali dengan adanya program Operasi Pasar
Khusus Beras pada pertengahan tahun 1998 dan akan selalu terkait dengan
awal munculnya krisis moneter dan ekonomi. Apabila ditengok ke belakang,
terjadinya krisis moneter yang dimulai pertengahan tahun 1997, disertai
kemarau kering serta bencana kebakaran hutan dan ledakan serangan hama
belalang dan wereng coklat pada waktu itu telah menyebabkan penurunan
produksi pangan secara nyata. Penurunan produksi ini juga dipicu oleh
kenaikan harga pupuk dan obat pemberantas hama yang cukup tinggi
sehingga penggunaan sarana produksi pertanian mengalami penurunan. Biaya
hidup petanipun meningkat akibat terjadinya kenaikan harga semua
kebutuhan. Harga beras mulai merangkat naik sejak bulam Mei 1997 dan
mencapai puncaknya sekitar Mei - Juni 1998. Situasi itu juga diperburuk
dengan meletusnya kerusuhan pada tanggal 12-14 Mei 1998 yang secara
langsung telah mempengaruhi kelancaran distribusi pangan. Dalam situasi
yang demikian, kondisi politik juga semakin menghangat yang mencapai
puncaknya dengan adanya pergantian kepemimpinan Nasional pada tanggal 21
Mei 1998.
Penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan semua kebutuhan biaya
hidup, hilangnya sebagian besar sumber pendapatan masyarakat karena PHK
melengkapi tekanan terhadap stabilisasi sistem pangan secara menyeluruh.
Di beberapa daerah juga dikhabarkan telah terjadi rawan pangan , dan
kesemuanya ini apabila tidak segera diambil tindakan untuk mengatasinya
dikhawatirkan akan menimbulkan eskalasi kerawanan sosial yang lebih
besar.
Menghadapi situasi yang demikian, maka pemerintah dalam sidang Kabinet
tanggal 3 Juni 1998 telah memutuskan untuk membentuk Tim Pemantau
Ketahanan Pangan yang prinsipnya merupakan Food Crisis Center atau pusat
penaggulangan krisis pangan. Langkah ini ditindak lanjuti dalam Rakor
Ekuin tanggal 24 Juni 1998 yang membahas khusus mengenai mekanisme
penyaluran bantuan pangan kepada masyarakat yang mengalami rawan pangan,
yang akhirmya sampai pada keputusan untuk melaksanakan program bantuan
pangan melalui Operasi Pasar Khusus yang operasionalnya dilaksanakan
oleh BULOG. Penunjukan BULOG untuk melaksanakan program ini antara lain
karena beberapa asalan seperti kesiapan sarana pergudangan , SDM dan
stok beras BULOG yang tersebar di seluruh Indonesia, dan mekanisme
pembiayaan yang memungkinkan BULOG mendistribusikan terlebih dahulu
berasnya , kemudian baru ditagihkan kepada pemerintah. Oleh karena itu
dengan penunjukan BULOG akan memungkinkan program bantuan pangan ini
dapat segera dilaksanakan.
Program bantuan pangan yang dikemas dalam bentuk Operasi Pasar Khusus
(OPK) ini juga menjadi rintisan program bantuan sosial lainnya dalam
bentuk Jaring Pengaman Sosial (JPS). Ada beberapa pertimbangan mengapa
bantuan pangan ini diberikan dalam bentuk beras, antara lain karena
beras merupakan pangan pokok mayoritas penduduk, dan porsi pengeluaran
untuk pangan bagi penduduk miskin adalah cukup tinggi. Memang ada model
bantuan lainnya yaitu dalam bentuk uang tunai, namun pola ini cukup
rawan terhadap penyimpangan.
Pada saat munculnya program OPK, Indonesia memang belum memiliki model
bantuan pangan yang mantap seperti di negara-negara maju (seperti pola
food stamp di AS misalnya). Oleh karena itu maka pola OPK dianggap
menjadi alternatif yang paling rasional. Namun dalam perkembangannya
dengan masih akan adanya masalah kemiskinan, maka bantuan pangan OPK ini
diharapkan dapat menjadi dasar/landasan model bantuan pangan
dimasa-masa mendatang.
Setiap tahunnya program OPK dievaluasi dan terus melakukan
penyempurnaan. Pada tahun 2002, nama program diubah dengan RASKIN (Beras
untuk Keluarga Miskin) dengan tujuan agar lebih dapat tepat sasaran.
Keluarga yang tidak miskin akan menjadi malu untuk ikut dalam antrian
mendapatkan jatah beras RASKIN. Program ini terus berjalan sampai dengan
saat ini dengan mengikuti kemampuan subsidi yang dapat diberikan
pemerintah kepada keluarga miskin dan perkembangan data keluarga miskin
yang terus dilakukan penyempurnaan.
Sabtu, 31 Januari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar